DIFUSI
DAN OSMOSIS
III.1
Pendahuluan
Membrane sel pada organism
berperan dalam mengatur homeostatis yang berkaitan dengan control terhadap
substansi yang keluar dan masuk ke dalam sel. Zat-zat yang keluar masuk ke
dalam akar atau daun dapat berupa gas,
cairan maupun ion-ion. Sifat dari ketiga golongan zat tersebut berbeda, maka
permeabilitas membran terhadap zat-zaat tersebut juga berbeda. Karena itu cara
penyerapannya juga berbeda.
Transport/penyerapan yang terjadi pada membrane sel dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu transport aktif (transport zat yang menggunakan
energy) dan transport pasif (transport zat yang tidak menggunakan energy yang
meliputi difusi dan osmosis).
III.2. Difusi
Difusi merupakan proses fisika yang prosesnya dapat terjadi setiap
saat di alam maupun di dalam tumbuhan atau organisme lainnya. Difusi
berarti perpindahan molekul dari daerah berkonsentrasi lebih tinggi ke daerah
berkonsentrasi lebih rendah sehingga tercapai keseimbangan. Difusi seperti yang dijelaskan di atas terjadi sebagai
respon terhadap perbedaan konsentrasi, hal ini
dapat diamati pada sebutir Kristal zat warna yang dimasukkan ke dalam gelas
piala berisi air. Ketika zat warna tersebut larut maka akan menyebar
(berdifusi) dengan lambat dari sumbernya ke seluruh bagian cairan. Difusi yang
terjadi di udara jauh lebih cepat terjadi dibandingkan difusi dalam air.
Sebagai contoh, ketika sebuah botol berisi bahan berbau keras (ammonia) dibuka
pada jarak 1 atau 2 meter maka bau tersebut akan segera tercium oleh hidung.
Difusi bau dari botol ke hidung sering dibantu oleh aliran udara.
Gbr. 8 : Proses Difusi. Bulatan pada gambar di atas
menunjukkan molekul atau ion. Setelah periode waktu, partikel menjadi tersebar
(samping). Pergerakan molekul mulanya dari daerah berkonsentrasi tinggi ke
daerah berkosentrasi rendah.
Kandungan sel tumbuhan berada di bawah tekanan yang amat
besar, kira-kira sebesar tekanan air dalam pipa air minum yaitu 0,4-0,5 Mpa
(megapascal, setara dengan 4-5 kg/cm2). Jika kita membuat sebuah
lubang kecil menembus dinding sel dan membran plasma, maka isi sel akan
mengalir keluar melalui lubang tersebut, sampai tekanan di luar sel sama dengan
tekanan yang ada di dalam sel. Pada tumbuhan, zalir (bahan seperti zat cair)
mengalir melalui jaringan pembuluh sebagai aliran massa akibat selisih tekanan
yang mampu menimbulkan difusi.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi, yaitu:
- Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat
partikel itu akan bergerak, sehinggak kecepatan difusi semakin tinggi.
- Ketebalan membran.
Semakin tebal membran, semakin lambat
kecepatan difusi.
- Luas suatu area
Semakin besar luas area, semakin cepat
kecepatan difusinya.
- Jarak
Semakin
besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
- Suhu
Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan
energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan
difusinya.
Laju
difusi antara lain tergantung pada suhu dan densitas (kepadatan) medium. Gas
berdifusi lebih cepat dibandingkan dengan zat cair, sedangkan zat padat
berdifusi lebih lambat dibandingkan dengan zat cair. Molekul berukuran besar
lebih lambat pergerakannya dibanding dengan molekul yang lebih kecil.
Pertukaran udara melalui stomata merupakan contoh dari proses difusi. Pada
siang hari terjadi proses fotosintesis yang menghasilkan O2 sehingga
konsentrasi O2 meningkat. Peningkatan konsentrasi O2 ini akan menyebabkan
difusi O2 dari daun ke udara luar melalui stomata. Sebaliknya konsentrasi CO2
di dalam jaringan menurun (karena digunakan untuk fotosintesis) sehingga CO2
dari udara luar masuk melalui stomata. Penguapan air melalui stomata
(transpirasi) juga merupakan contoh proses difusi. Di alam, angin, dan aliran
air menyebarkan molekul lebih cepat dibanding dengan proses difusi
2. Osmosis
Osmosis merupakan difusi air melintasi membran semipermeabel dari daerah
dimana air lebih banyak ke daerah dengan air yang lebih sedikit. Osmosis sangat
ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang menggambarkan
kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah besar volume air
akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit, di bawah
kondisi yang sama. Energi bebas zuatu zat per unit jumlah, terutama per berat
gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut kurang lebih
sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi
cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju
daerah yang berpotensial kimia lebih kecil.
Pengaruh larutan tersebut
terhadap sel ditunjukkan dalam gambar berikut:
Gbr. 10 : Pada gambar, tanda panah ke arah kanan
(larutan hipotonik), air masuk sel karena konsentrasi larutan dalam sel lebih
tinggi daripada di luar sel, sel menjadi turgid. Pada gambar tengah (isotonik),
konsentrasi larutan di luar sel seimbang dengan dengan di dalam sel, air yang
masuk seimbang dengan air yang ke laur. Tanda panah ke arah kiri (hipertonik),
konsentrasi larutan di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel, air ke luar
sel, terjadi plasmolisis.
Salah satu dampak terjadinya osmosis adalah peristiwa plasmolisis
dimana membrane sel terlepas dari dinding sel akibat kehilangan air. Jika sel
tumbuhan diletakkan di larutan garam terkonsentrasi (hipertonik), maka sel
tumbuhan akan kehilangan air dan juga tekanan turgor, hal ini menyebabkan sel
tumbuhan menjadi lemah. Tumbuhan dengan sel yang lemah akan terlihat layu. Kehilangan air lebih banyak akan
menyebabkan terjadinya plasmolisis: tekanan terus berkurang sampai di suatu
titik di mana protoplasma sel terkelupas dari dinding sel, menyebabkan adanya
jarak antara dinding sel dan membran. Sehingga
cytorrhysis (runtuhnya seluruh dinding sel) dapat terjadi. Tidak ada mekanisme di dalam
sel tumbuhan yang dapat mencegah kehilangan air secara berlebihan juga untuk mendapatkan air secara berlebihan, tetapi
plasmolisis dapat diatasi jika sel
diletakkan di larutan hipotonik.
Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Umumnya dilakukan di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
Proses sama pada sel hewan disebut krenasi. Cairan di dalam sel hewan keluar karena peristiwa difusi. Plasmolisis hanya terjadi pada kondisi ekstrem, dan jarang terjadi di alam. Umumnya dilakukan di laboratorium dengan meletakkan sel pada larutan bersalinitas tinggi atau larutan gula untuk menyebabkan ekosmosis, seringkali menggunakan tanaman Elodea atau sel epidermal bawang yang memiliki pigmen warna sehingga proses dapat diamati dengan jelas.
Dua faktor penting yang mempengaruhi
osmosis adalah :
1. Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel.
2. Kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel.
1. Kadar air dan materi terlarut yang ada di dalam sel.
2. Kadar air dan materi terlarut yang ada di luar sel.
Gambar 11 : Dampak dari
osmosis